Skip to main content

Awas, Deviden Trap!

 



Halo sobat adventura, sebelumnya ane mau mengucapkan Selamat Hari Raya Paskah dan juga Lebaran untuk teman - teman yang merayakan. Hari ini ane mau mengangkat isue tentang deviden trap nih. Apa sih itu deviden trap?

Bagi kita yang masih sangat awam di dunia saham kadang terjebak dengan deviden trap. Awalnya berharap mendapatkan deviden atau bagi hasil laba dari suatu perusahaan yang sering digaung - gaungkan oleh influencer, justru kita terjebak oleh deviden trap. Ane juga mengalami itu, baru saja kemarin di saham ARNA. Setelah exit date atau tanggal perdagangan bursa tidak memuat deviden alias saham itu sudah boleh dijual ketika hari sebelumnya kita sudah memegang saham tersebut maka data kita sudah terekam untuk kepemilikan suatu deviden.

Nah justru ditanggal ex date ini begitu banyak yang menjual saham, sehingga bagaikan menangkap pisau jatuh, saham ARNA meluncur turun sekitar 6% pada hari ex date pembagian deviden, dan akhirnya terjebak pada deviden trap. Alih - alih mendapatkan untung malah jadi minus lebih besar dari deviden yang diterima. Sekarang pada tanggal 18 april justru turun lagi yang total minusnya dari tanggal ex date sampai sekarang menjadi kurang lebih 9%.

Sedangkan untuk prosentase deviden yield dari saham arna yang saya dapatkan di stockbit sekitar 6,37%. Oleh sebab itu saya berpikir, berarti untuk kita yang akan membeli saham lebih baik membeli saham jauh - jauh hari sebelum deviden dibagikan untuk menghindari potensi adanya deviden trap.

Lantas bagaimana caranya jika sudah terlanjur terjebak pada deviden trap? Semisal saham itu masih bagus dan menguntungkan termasuk ARNA ini yang masih melakukan proses buyback saya rasa tidak masalah. Hanya saja kita rugi waktu tunggu, yang biasanya saya lakukan adalah average down saham saya sampai harga saham kembali pulih. Namun perlu di ingat jika perusahaan dirasa kurang menguntungkan seperti saham UNVR, ASII, BJTM, DMAS dsbnya maka perlu berhati - hati untuk mempertahankan investasi disana. Karena hasil deviden yang tidak seberapa tidak dapat menutup turunnya harga saham anda. Saya ambilkan contoh saham DMAS selama 5 tahun yang rugi 35,83%


Jika kita hitung deviden selama 5 tahun hanya mendapatkan 146, mungkin terlihat menguntungkan tapi waktu tunggu yang cukup lama selama 5 tahun total keuntungan yang kita dapat 146 - 91 = 55 saja tanpa mendapatkan capital gain jika kita masuk mulai di tahun 2019. Jadi hanya buang - buang waktu saja untuk berinvestasi di saham tersebut dan masih banyak saham - saham lainnya yang lebih menarik.

Bagaimana pendapat anda?

Comments

Popular posts from this blog

Suka Duka plus kekocakan jadi PNS baru.

Hai sobat adventura. Hari ini ditengah pandemik corona yang terjadi di seluruh muka bumi, yang mengharuskan gue untuk stay at home. Yaps. STAY AT HOME alias di rumah aja dan kumpul bareng sama keluarga. So, pastinya akan menambah berat badan gue. Wkwkwkwkwk... lupain soal berat badan dan lanjut ke PNS. PNS, yaps... kepanjangannya Pegawai Negeri Sipil. PNS itu sebuah pekerjaaan yang sangat di inginkan berjuta - juta orang di Indonesia untuk meningkatkan taraf hidupnya. Nah, kenapa gue bisa bilang begitu. Dari hasil pendaftaran yang dulu pernah gue lakuin saat mau daftar jadi PNS, melalui web  https://sscn.bkn.go.id/  disitu aja udah keliatan berapa banyak jumlah pelamar dari seluruh Indonesia yang mau ngelamar buat jadi PNS. Kasus khusus buat gue, pesaing gue dikit karena waktu itu, prodi gue merupakan prodi baru, yang baru aja release tahun 2012 dan menelorkan wisuda pertama prodi gue di tahun 2016 dengan akreditasi B, dan baru - baru aja ini akreditasi udah naik jadi A. Wajar aja

Fundamental Saham

Halo sobat adventura balik lagi nih sama ane, kemarin kita sudah membahas tentang CAGR disini , sekarang mimin mau melanjutkan tentang fundamental saham. Kita seringkali melihat saham tergoda akan fomo yang dilakukan orang - orang. Saya pernah kala itu melihat orang - orang begitu FOMO terhadap saham WIIM dan ANTM pada masanya. Fomo (Fear of Missing Out)/ketakutan kehingan momen ini sering terjadi pada saham ada 2 kasus yang saya garis bawahi, misal pada kasus yang terjadi pada saham ANTM. Fomo yang terjadi pada saham ANTM kala itu ketika pembelian nikel yang ditarget tinggi di indonesia karena akan adanya pengembangan teknologi mobil listrik tesla di indonesia. Ternyata, tesla tidak jadi melakukan pembelian tersebut sehingga saham antam anjlok kala itu. Bagaimana nasib investor yang sudah terlanjur membeli saham ANTM di pucuk dengan harga 3.120 dan sampai sekarang belum kembali ke harga itu setelah 3 tahun berlalu? Grafik saham ANTM Begitu juga yang terjadi pada saham WIIM yang saat i